Seperti halnya penyelenggaraan pendidikan umum, kegiatan pramuka pun perlu memiliki kurikulum. Kualitas pembina tiap gugus depan pun perlu ditingkatkan.
Hal itu diungkapkan Wakil Presiden RI Boediono, Sabtu (26/4), saat hadir di Universitas Negeri Semarang dalam Sosialisasi Undang-Undang Gerakan Pramuka.
“Kita harus siapkan segera kurikulum pendidikan kepramukaan, tahun ini juga. Kantor Wapres siap untuk melakukan dukungan sepenuhnya bagi setiap upaya untuk merevitalisasi gerakan pramuka,” kata Wapres yang segera disambut tempik sorak peserta.
Wapres menyatakan kemasan yang menarik dan kreatif merupakan jawaban atas kebutuhan performa pramuka masa kini. “Karena itu, kurikulum pramuka yang mengakomodasi kebutuhan itu sangat diperlukan. Kurikulum itu kemudian disebarluaskan ke sekolah. Nah, kalau ini PR buat Mendiknas,” katanya.
Menurut Wapres, penyusunan kurikulum merupakan jawaban mendesak atas kebutuhan untuk merevitalisasi gerakan pramuka. “Revitalisasi harus kita upauyakan tahun ini juga dengan menyusun kurikulumnya,” katanya.
Seusai pembukaan, Dede Yusuf mrngrmukakan, revitalisasi yang dapat mengubah performa pramuka memang patut diupayakan dari sisi kurikulum. Kandungannya, inovasi paket pendidikan pramuka semacam ketangkasan kepanduan perlu diadaptasi, seperti yang tengah dilakukan kwartir daerah Jawa Barat.
”Permainan yang ada di pramuka harus gaul juga. Bisa saja manfaatkan skateboard, surfing, rifting, yang disukai kaum muda. Itu kan sebenarnya mirip dengan permainan pramuka,” jelas Ketua Kwarda Jabar itu.
Seusai pembukaan, Dede Yusuf pun mengemukakan inovasi yang tengah dilakukan daerahnya terhadap isu pramuka gaul. Menurutnya, sudah tercipta ring back tones (RBT) lagu-lagu pramuka, yang mudah diterima kaum muda. Genre lagu pun variatif, mulai dari pop sampai country. Selain dikemas dalam RBT, lagu itu dapat diakses lewat radio online. Yang paling populer, salah satunya adalah lagu Jangan Takut Jadi Indonesia, yang dicipta dan dinyanyikan oleh Charlie ST 12.
“Nah, itu yang seharusnya ada dalam kurikulum pendidikan pramuka. Gaul, tapi berkarakter kepanduan, tetap sesuai dengan trisatya,” ungkapnya.
Ditulis : Nana Riskhi Susanti