Ilustrasi: Revitalisasi gerakan pramuka semakin diperlukan, setidaknya untuk mengembalikan pamor pramuka gerakan ini harus dilakukan secara independen. DHONI SETIAWAN/KOMPAS.COM
"
Pramuka sekarang berubah, kehilangan pamornya. Kini Pramuka hanya dimaknai secara prosedural, sebatasbalutan seragam semata.
"
-- Gumilar R Somantri
JAKARTA, KOMPAS.com — Pada masa Orde Baru, Pramuka disambut gegap gempita dan penuh sukacita. Setiap lapisan masyarakat melaksanakannya. Kini, makna Pramuka hanya sebatas prosedural dengan balutan seragam coklat.
Demikian disampaikan Rektor Universitas Indonesia (UI) Gumilar R Somantri saat membuka Seminar Nasional "Mendorong Gerakan Kepanduan, Melalui Percepatan Revitalisasi Percepatan Gerakan Pramuka" di UI, Salemba,
"Pramuka sekarang berubah, kehilangan pamornya. Kini Pramuka hanya dimaknai secara prosedural sebatas balutan seragam semata," ujar Gumilar.
Gumilar menambahkan, dengan kondisi seperti itu, revitalisasi gerakan Pramuka semakin diperlukan. Dia memaparkan, setidaknya untuk mengembalikan pamor Pramuka, gerakan ini harus dilakukan secara independen.
"Gerakan Pramuka harus independen, bersih dari politik," ungkapnya.
Untuk itu, Gumilar menyarankan perlu sebuah yayasan tersendiri yang mengurusi gerakan kepramukaan di
"Selain kurikulum, metode penyampaian yang menarik juga perlu diatur," ujar Gumilar di hadapan para peserta pelaku gerakan kepramukaan dari seluruh
Adapun seminar sehari ini dimaksudkan untuk memberikan sosialisasi tentang program revitalisasi gerakan Pramuka dan strategi pendidikan kepramukaan kepada para peserta yang berasal dari unsur-unsur pemerintah pusat, pelajar, dan pemerintah daerah.